Jumat, 10 Mei 2013

Published 6:19:00 PM by with 0 comment

CATUR PARAMITHA

CATUR PARAMITHA 

Pengertian CATUR PARAMITHA yaitu Di dalam diri manusia terdapat sifat-sifat Ketuhanan yang disebut paramita yaitu dalam bathinnya merupakan segala sumber dari perbuatan baik (kusalakamma)  yang tercetus pada pikiran, ucapan dan badan. Karena itu kita harus bias mengembangkan paramita itu. Demi kebahagiaan, ketenangan dan kegembiraan hidup kita
Berikut Bagian-Bagian CATUR PARAMITHA :
  1. METTA (MAITRI), yaitu semang mencari kawan dan bergaul, yakni tahu menempatkan diri dalam masyarakat, ramah-tamah, serta menarik hati segala perilakunya sehingga menyenangkan orang lain dalam diri pribadinya. 
  2.  KARUNA, yaitu artinya belas kasihan, maksudnya adalah selalu memupuk rasa kasih sayang terhadap semua mahluk
  3. MUDITA, yaitu selalu memperlihatkan wajah yang riang gebira, yakni penuh simpatisan terhadap yang baik serta sopan santun
  4. UPEKSHA, yaitu senantiasa mengalah demi kebaikan, walaupun tersinggung perasaan oleh orang lain, ia tetap tenang dan selalu berusaha membalas kejahatan deman kebaikan bisa juga dimaksud dengan ( tahu mawas diri ).

Penjelasan Tentang  KARUNA : 
 KARUNA
Sifat keTuhanan Yang kedua dapat memuliakan manusia adalah kasih sayang (Karuna), yang dirumuskan sebagai sesuatu yang dapat menggetarkan hati kearah rasa kasihan bila mengetahui orang lain sedang menderita, atau kehendak untuk meringankan penderitaan orang lain. Coraknya yang paling menonjol adalah kecenderungan untuk menghilangkan penderitaan orang lain.
Untuk berbuat karuna, maka pantang melakukan perbuatan yang menyebabkan terjadinya penderitaan, tersiksa, kesengsaraan, atau jangan bengis.
Hati seorang yang penuh kasih sayang adalah lebih halus daripada bunga, ia tidak akan berhenti dan tidak puas sebelum dapat meringankan penderitaan orang lain. Bahkan kadang-kadang ia sampai mengorbankan hidupnya demi membebaskan orang lain dari penderitaannya. Contohnya yaitu ketika kita pulang mellihat pohon bunga di rumah kita terlihat ada ada pohon bunga yang layu karena kemarinnya lupa disiram. Apa yang kita lakukan? Tentumya menyiram bunga tersebut. Beberapa saat pohon bunga itu akan segar kembali dan secara tidak langsung kita akan mendapatkan manfaat dari hasil fotosyntesa dari daun pohon bunga tersebut. Ketika bunga muncul dari pohon tersebut akan memancarkan keindahan bagi setiap orang yang melihatnya. Dan didalam cerita Vyaghari Jataka, terdapat contoh yang baik mengenai kasih sayang ini, dimana Sutasoma sebagai Bodhisattva telah mengorbankan hidupnya untuk menolong seekor macan betina kelaparan yang ingin memakan anak-anaknya sendiri yang masih kecil-kecil guna menghilangkan laparnya. Bodhisattva Sutasoma mencegah niat macan itu, dan sebagai gantinya ia memberikan tubuhnya sendiri untuk dimakan.
Sesungguhnya, unsur kasih sayang lah yang mendorong orang lain dengan ketulusan hati. Orang yang memiliki kasih sayang murni tidak hidup hanya untuk dirinya sendiri, melainkan untuk menolong orang lain juga. Ia mencari kesempatan untuk dapat menolong orang lain tanpa mengharapkan jasa apapun, baik materi maupun penghormatan.
Siapakah yang menjadi sasaran kasih sayang itu? ialah orang-orang miskin yang membutuhkan bantuan, orang-orang sakit, orang-orang bodoh, orang-orang jahat, orang-orang kotor dan juga orang-orang mulia, tanpa menghiraukan agama dan bangsanya.
Yang lebih hebat dari kemiskinan adalah menjalarnya penyakit diseluruh dunia ini. Banyak orang menderita jasmani, dan diantaranya ada juga yang menderita sakit pikiran (mental). Dengan teliti ilmu pengetahuan dapat mengobati orang yang sakit jasmaninya, tetapi orang lain yang batinnya sakit susah diobati, bahkan tak jarang mereka merana dirumah-rumah sakit.
Sebenarnya kedua jenis penyakit ini tentulah ada sebabnya. Orang-orang yang memiliki kasih sayang harus mencoba menghilangkan sebab-sebab penyakit itu, jika ingin menyembuhkan mereka secara baik. Orang-orang yang kejam, pendendam, pemarah, lobha, angkara murka dan bodoh patut mendapatkan kasih sayang sama seperti halnya pada orang-orang yang menderita sakit jasmani atau batin. Mereka hendaknya jangan dibenci, dicemoohkan atau dihina, bahkan sebaliknya kita harus menaruh bekas kasihan dan sayang pada mereka, karena mereka itu orang yang sia-sia dan cacat. Walaupun seorang ibu memiliki kasih sayang yang sama kepada anak-anaknya, namun ia seharusnya menaruh kasih sayang yang lebih besar kepada anaknya yang sakit, bahkan kasih sayangnya harus diberikan lebih besar lagi kepada anaknya yang sakit batinnya, karena penyakit itu akan merusak kehidupannya.
Sama pula halnya seperti METTA, maka kasih sayang (KARUNA) pun harus dipancarkan tanpa batas terhadap semua makhluk yang menderita dan yang patut ditolong, termasuk pula binatang-binatang yang membisu, yang telah lahir maupun yang belum lahir.
Apabila metta (cinta kasih) mempunyai sasaran kepada semua makhluk, baik yang berbahagia maupun yang menderita maka KARUNA (kasih sayang) hanya mempunyai sasaran kepada smua makhluk yang sengsara dan menderita.

Oke dengan mengamalkan keempat ajaran Catur Paramitha yang sangat mulia ini maka perdamaian di dunia ini, baik antar manusia, antar umat beragama, antar suku akan bisa terwujud. Tidak akan ada lagi perkelahian antar kampong, tidak akan ada lagi satu agama menjelekkkan agam lain, tidak aka nada lagi perusakan tempat ibadah suatu agama. Tidak akan ada lagi perusakan alam yang tidak seharusnya dan sebagainyadan sebagainya.
Mari kita sebagai umat manusia mengamalkan ajaran universal ini untuk kerukunan, perdamaian kehidupan di dunia maupun di akherat nanti. Karena dengan pengamalan ajaran Catur Paramitha secara tidk langsung akan meningkatkan tingkat spiritual kita.


SEMOGA BERMANFAAT







CATUR PARAMITHA
CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA CATUR PARAMITHA
    email this       edit

0 komentar:

Posting Komentar